Tugas softskill
Selasa, 17/01/2012 07:19 WIB
6 Penyebab Gagalnya Bisnis Waralaba
Angga Aliya: detikFinance
Detikcom - Jakarta, Banyak orang menyangka berbisnis waralaba
merupakan langkah pasti menuju sukses. Tapi pada kenyataannya, banyak alasan
yang membuat bisnis waralaba berakhir tidak seperti yang diperkirakan.
Dalam artikel yang dikutip dari
investopedia, Selasa (16/1/2012) ini, kita akan melihat beberapa pertimbangan
yang bisa anda kaji sebelum trerjun langsug ke bisnis waralaba.
1. Modal
awal dan royalti waralaba yang cukup tinggi
Modal awal dan franchise fee bisa sangat
mempengaruhi laba penyewa bisnis waralaba. Sebagai contoh, jika anda ingin
membuka waralaba MCDonald’s, anda harus punya lokasi sendiri ( sewa ataupun
milik ), belum lagi royalti waralaba sekitar rp 405juta (US$45.000)
untuk memegang hak waralabaselama 20 tahun, setelah masanya habis maka bisa
diperpanjang.
Jika dihitung-hitung secara
total, biaya yang anda harus keluarkan untuk membuka sebuah restoran cepat saji
McDonald’s berkisar antara Rp 4,5 miliar sampai Rp 14,4miliar.
Yang paling merepotkan adalah,
franchise fee yang harus disetorkan per tahun. Setiap tahun, pemegang
pemegang waralaba harus menyetorkan 12,5% omzetnya ke pemilik waralaba. Jadi,
berapapun omzet anda atau sebaik apapun bisnis, anda akan terus terikat
dengan peraturan ini.
Ongkos sewa tahunan ini merupakan
syarat paling standar dalam dunia waralaba. Bahkan, burger King meminta tambahan
4,5% jika ongkos waralabanya mencapai Rp 450juta, sama seperti Dunkin’Dunuts
yang meminta tambahan 5,9% untuk franchise fee di kisaran Rp 360-720juta
tergantung lokasi.
Dikurangi gaji karyawan, uang
makan dan pajak, bisa terlihat bahwa memang lisensi waralaba tidak semudah
seperti kelihatannya.
2. Biaya
Bahan Baku yang mahal
Untuk anda bisa tetap berbisnis,
kebanyakan pemilik waralaba memaksa poara pemegang lisensinya untuk membeli
bahan baku dari pensuplainya yang biasanya masih ada hubungan spesial dengan si
pemilik waralaba. Biasanya, harga yang ditetapkan oleh pensuplai ini lebih
tinggi ketimbang harga pasar.
Bahkan, beberapa pemilik waralaba
makanan cepat saji mematok5-10% lebih tinggi dari harga pasaruntuk produk-produk
seperti sayuran, tomat atau bahan baku lainnya. Padahal, sayuran tetap sayuran yang
harganya biasanya hampir sama, tapi ini menjadi salah satu cara si pemilik
waralaba menggenjot laba.
Jangan sekali-sekali anda
membatalkan pesana bahan baku dari si pemilik waralaba, karena bukan tidak
mungkin ia kan memutus kontrak anda di tengah jalan sehingga anda tak lagi
bisa berbisnis.
3. Minimnya
pendanaan
Kebanyakan pemegang lisensi
waralaba tidak punya akses ke pendanaan yang baik. Jadi, jika butuh tambahan modal, kebanyakan
pemegang lisensi waralaba harus merogoh kocek sendiri.
Beberapa pemilik waralaba
mengetahui hal ini dengan baik sehingga memberikan opsi cicilan untuk franchise
fee, modal awal, bahan baku dan peralatan untuk memulai waralaba. Situasi seperti
ini biasanya lebih menarik para calon pemegang lisensi waralaba.
4. Minimnya
kontrol lokasi
Beberapa waralaba punya aturan
untuk ytidak terlalu banyak membuka tokonya di sebuah kota demi menghindari
saturasi pasar dan omzet yang anjlok. Akan tetapi banyak juga waralaba yang
membuka toko sebanyak mungkin di sebuah kota demi menggenjot penjualan.
Itulah mengapa bukanlah sesuatu
hal yang aneh jika anda melihat lima gerai McDonald dalam radius 8km karena
perusahaannya berusaha untuk meraup setiap uang yang ada di wilayah tersebut.
pemilik waralaba memang memiliki keuntungan yang banyak, tapi yang menderita
adalah gerai si pemegang lisensi waralaba, karena tiap muncul satu waralaba dilokasi yang sama, maka
omzetnya bisa turun sampai setengah.
5. Kurang
kreatif
Sebuah waralaba biasanya
mewajibkan keseragaman. Mulai dari dekorasi toko, papan reklame, produk yang
ditawarkan sampai seragam pelayanannya harus sama. Untuk orang yang menyukai kreatifitas, ini
bisa membuat frustasi.
Jadi, jika anda yang terbiasa menjadi
bos bagi diri sendiri, keseragaman ini mungkin cukup sulit dilakukan. Mungkin anda
tidak cocok untuk berbisnis waralaba.
6. Pemilik
waralaba kurang mengenal daerah baru
Anda pasti sering mendengar kalau
kunci sukses dalam berbisnis adalah lokasi, lokasi, lokasi. Pasalnya,
lokasi memang sangat menentukan sukses atau gagalnya sebuah bisnis.
Intinya, jika anda tidak
menemukan lokasi yang tidak tepat untuk membuka waralaba, anda pasti kesulitan,
karena si pemilik waralaba pun tidak bisa banyak membantu anda dalam menentukan
lokasi.
Contohnya waralaba pizza. Anda tidak
bisa dengan mudah membuka gerai pizza di sebuah daerah yang cukup ramai
penduduk. Tetaoi, anda juga harus perhatikan tingkat usia di lokasi tersebut.
Salah besar jika anda membuka
gerai pizza di lingkungan ramai tapi isinya orang tua. Lebih baik anda cari
lingkungan yang lebih sepi tapi isinya anak muda semua.
Riset seperti ini lah yang
biasanya tak dimiliki oleh si pemilik waralaba. Si pemegang lisensi waralaba
lah yang bertugas untuk melakukan riset ini sendirian tanpa bantuan kantor
pusat.
Kesimpulan:
Menjalankan bisnis waralaba
adalah sebuah keputusan serius yang harus dilaksanakan dengan hati-hati. Sebelum
anda memyewa waralaba, banyak belajarlah mengenai perusahaan yang jadi target,
begitu pula dengan produk dan lokasinya. Karena bahkan dengan produk dan lokasi
yang baik, belum tentu anda bisa meraup laba. Jadi, pastikan adan tahu
resikonya sebelum membuka waralaba.
Sumber : detikcom
Komentar: mestinya penulisan
angka dalam uang yang baik adalah Rp 450.000.000,- bukan Rp 450juta. Rp
14.400.000.000,- bukan Rp 14,4 miliar dan selanjutnya. Harusnya kata ulang
seperti “ pemegang pemegang waralaba” yang baik seprti: “ pemegang-pemegang
waralaba”. Pada kata “Jadi, berapapun omzet anda atau sebaik apapun bisnis,
anda akan terus terikat dengan peraturan ini.” Akan lebih tepat jika ditulis “
jadi, berapapun omzet atau sebaik apapun saham anda, anda akan terus terikat
dengan peraturan ini.” Karena itu akan lebih jelas dan lebih mudah untuk dimengerti.
Pada kata “Padahal, sayuran tetap sayuran yang harganya biasanya hampir
sama,” ini juga akan lebih baik jika ditulis ”Padahal, sayuran tetap
sayuran yang harga biasanya hampir sama”. Pada kalimat “Anda pasti
sering mendengar kalau kunci sukses dalam berbisnis adalah lokasi, lokasi,
lokasi.” Akan lebih baik penulisan kata “lokasi” hanya sekali, karena
orang-orangpun tahu kata itu berinti pada “lokasi”. Ada salah penulisan kata di
kalimat “karena bukan tidak mungkin ia kan memutus” dan “Jadi, pastikan
adan tahu resikonya “ harus nya kata “ kan “ itu adalah “akan” dan kata “
adan” adalah “anda” Kata “Itulah mengapa bukanlah sesuatu hal yang aneh”
harusnya ditulis “itu bukanlah sesuatu hal yang aneh”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar